Kamis, 06 Agustus 2009

rindu yang sangat dalam..

diluar hujan.didalam juga hujan.hatiku hujan.tapi tak ada yang tahu. aku memang tidak memberi tahu siapa-siapa.aku terlalu tertutup dan malu untuk memberitahu siapapun.
aku yakin aku rindu sang alang.apakah dia tau? sang alang sedang bersama hujan. dan aku sendiri. mana sahabat-sahabatku? angin? ombak dan burung-burung? mereka pasti sibuk dengan diri mereka sendiri. malas. mereka tidak peduli dengan aku.aku iri dengan hujan. dia bisa menemui sang alang kapan saja.aku juga iri dengan sahabat-sahabatku yang bisa bertemu dengan sang alang kapanpun mereka mau.
aku tidak bisa dengan mudah bertemu dengan sang alang! aku hanya diberi waktu sedikit oleh pagi.ibuku.karena aku hanya sebuah senja. aku hampir-hampir tidak berani melihat wajah sang alang. aku terlalu malu dan sibuk. sibuk memberi tahu burung-burung untuk kembali ke sarangnya.sibuk menjemput malam.ayahku.
aku pikir enak menjadi ayahku.dia bisa berlama-lama ngobrol dengan bintang.diam-diam aku mengaguminya.bintang sangat baik.dan pasti sangat cantik.itu kata ayahku.bintang juga sering bersenda gurau dengan sang alang! bercerita pada angin dan burung hantu semua hal yang menarik di dunia.kelihatan sangat menarik.dan aku hanya tetap disini. sembunyi dibelakang ayahku. ayahku juga mengenal sang alang. dadaku berdegup kencang setiap kali ayah bercerita tentang tentang sang alang.kata ayah sang alang sangat pemberani. dia pernah pergi ke tempat tempat dimana kita tidak dapat mencapainya. dia juga sangat tegar tatkala dia diijak-injak oleh kaki-kaki binatang dan sepatu-sepatu manusia.. ah, sang alang… aku sungguh merindunya. dan aku tidur.
pagi,ibuku membangunkanku. menyuruhku bergegas melaksanakan tugasku seperti biasa.dan seperti biasa aku hanya bisa mengintip malu sang alang. dia sungguh mempesona.dia memberi hormat dan mengucap selamat tinggal dan sampai jumpa pagi,ibuku. kulihat dia bergurau dengan angin yang sedang berusaha menggodaku. seperti biasa sang alang melirik ke arah ku tanpa berkata- kata. karena setiap kali sang alang seperti itu aku langsung berpura-pura menyibukkan diriku. berteriak pada burung-burung untuk pulang dan aku segera berlari menjemput ayahku. aku terlalu malu..

1 komentar:

  1. ahh.. tulisan ini bikin saya melayang jadi angin yg memperhatikan sikap senja dan alang. tersenyum, malu2, dan mengharukan.
    jadi penasaran, apa kabarnya si alang sekarang?

    BalasHapus