Jumat, 07 Agustus 2009

ketidak pekaanku..

ketika itu hujan turun.. langit menjadi gelap, hitam. dan aku hanya bisa diam.. memandang di kejauhan ketika hujan turun.. tugasku sedikit berkurang, tapi aku sedih.. karena jika saat seperti ini aku harus berdiam dan tak bisa melihat sang alang.. aku tak bisa menunjukkan cintaku pada sang alang.. karena warnaku tertutup awan kelabu. bagaimana keadaan sang alang.. jika hujan tak berhenti dan semakin deras menerpanya? yang aku lihat beberapa hari sebelum musim hujan yang terlalu awal ini datang,ketika aku bisa melihat sang alang dengan waktu yang aku miliki aku melihat ada yang berbeda dengan sang alang. dia tak pernah lagi melihatku dengan tatapan yang aku suka, tak ada lagi senyuman untuk siapapun, sang alang banyak diam dan kulihat amarah yang besar di matanya. aku sedih sekaligus takut. aku takut, aku takut kehilangan sang alang. kenapa dia seperti itu? apakah dia marah dengan keadaan alam yang semakin rusak,, dan dia kehilangan banyak keluarganya? memang aku pun mengutuk ulah manusia yang tidak bisa memelihara alam, mereka sudah tidak bisa menghargai kami lagi, yang ada dipikiran mereka hanya semakin banyak membangun gedung2 bertingkat yang ketika malam cahaya lampu dari gedung-gedung itu dengan genitnya seolah bisa menggantikan cantiknya bintang. itulah kota. manusia seolah olah tenggelam dalam keharusan membangun sebuah kota. semakin banyak perkotaan semakin puas para manusia itu. tak peduli lagi dengan kecantikan bintang, sejuknya angin, burung-burung yang dengan sukarela menyanyi di pagi hari.. dan tentu saja sang alang. aku kembali memikirkan alang dalam lamunanku.. aku mengingat ingat lagi.. apa yang dikatakan angin sahabatku.. bahwa sebenarnya sang alang sedang marah padaku.. aku pun hanya diam, aku tak paham dengan kemarahan sang alang. apa yang sudah kulakukan, mungkin aku tidak peka. tapi apakah ini berarti tanda bahwa sang alang juga punya perasaan yang sama kepadaku? aah,, seandainya iya aku pasti akan bersorak sorak kegirangan, akan aku biaskan cahaya merahku agar menjadi jingga yang paling indah ke segala arah, kupantulkan ke segala sisi permukaan bumi, terpantulkan di gedung-gedung buatan manusia, agar seluruh gedung itu berwarna jingga yang dahsyat, sehingga yang terlihat hanyalah warnaku,dan agar sang alang juga menjadi berwarna keemasan terkena cahayaku,, aku mencintainya.. lalu aku tersadar bahwa keadaan sekarang adalah sang alang marah kepadaku, jadi dia marah bukan hanya karena ulah manusia sepeti yang biasa diumpatkan dia. tapi sang alang marah padaku. kata angin sahabatku, sang alang pernah melihatku sedang mengagumi cemara di atas bukit itu. tapi aku tidak paham, apakah hanya karena aku tidak hanya melihat alang lalu dia berubah marah padaku. aku tidak konsisten katanya. aku hanya melihat cemara itu sesekali karena memang gagah sekali dia disana. dengan hijaunya yang menyejukkan dengan kokohnya dia berdiri tegar di atas bukit itu. tapi tetap bagiku sang alang tak tergantikan. sang alang marah padaku. aku hanya tak lebih dari senja yang menjijikan. senja yang mengaburkan pandangan manusia, bukan senja yang indah. aku sedih.. kenapa sang alang berfikir bahwa aku tidak mencintainya,karena selama ini aku hanya dia yang aku cintai. apa salah jika aku melihat cemara, atau pohon oak? bukan berarti aku mencintai mereka. karena yang aku cinta hanya kamu sang alang.. cintaku selamanya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar